JAKARTA – Cerita horor selalu menjadi genre cerita yang menarik perhatian masyarakat Indonesia, bahkan penggemarnya terus bermunculan sejak era 80-an hingga saat ini. Walau menyeramkan, cerita horor banyak digandrungi karena berakar dari legenda urban, sehingga terasa dekat dengan latar belakang berbagai budaya masyarakat Indonesia yang dikisahkan turun temurun. Maka tidak mengejutkan apabila penulis cerita horor banyak bermunculan, berikut dengan penggemar setianya yang lambat laun berkembang menjadi komunitas pecinta horor yang solid. Kondisi ini membuat banyak penerbit dan production house tertarik berkolaborasi dengan mereka dan kemudian mengadaptasi karya mereka dalam bentuk film, buku, atau serial panjang maupun pendek.
Salah satu penulis cerita horor dengan karyanya yang banyak mengundang perhatian adalah Diosetta, seorang traveler dan storyteller asal Boyolali, Jawa Tengah. Dio, begitu sapaan akrabnya, sebelum berprofesi total sebagai storyteller, ia pernah bekerja sebagai pegawai di perusahaan otomotif. Dengan produktivitas sebagai storyteller yang semakin tinggi, akhirnya Dio bergabung dengan KaryaKarsa, sebuah platform apresiasi bagi para konten kreator yang mewadahi cerita-cerita horor karya Dio dan membantu membuka jalur penghasilan dari orang-orang yang menikmati cerita-cerita horornya. Dengan bangga Dio bercerita, bahwa apresiasi dari para penggemar ceritanya di KaryaKarsa selama satu tahun bisa ia gunakan untuk membeli sebuah sepeda motor.
Profesi sebagai penulis cerita horor dimulai saat Dio seringkali menyelipkan unsur horor ke dalam konten travel vlognya, namun kemudian malah semakin banyak yang tertarik dengan cerita horornya, sehingga Dio membuat utas tersendiri dengan tema horor untuk dinikmati followers-nya yang tersebar di berbagai platform, sepertiTwitter dan podcast. Salah satu utas cerita horor Dio di Twitter @diosetta yang berjudul “Makhluk di Pohon Beringin Asrama”, mampu menarik perhatian warganet dan kelanjutan kisahnya selalu dinanti-nanti. Karena perhatian masyarakat semakin ramai, akhirnya Dio memutuskan untuk memindahkan utas yang sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh penggemarnya melalui Twitter, untuk diubah ke dalam bentuk tulisan utuh dan dimasukkan ke dalam akun KaryaKarsa miliknya yang dinamakan Index Cerita Horor Diosetta.
“Saya menyadari semakin banyak yang ingin mengapresiasi cerita-cerita horor saya, bahkan ada yang ingin mengadaptasinya ke dalam bentuk materi lain dengan imbalan, jadi akhirnya saya mencari platform yang bisa mewadahi penulis dan pembaca untuk saling mendukung. Pada saat itu akhirnya menemukan KaryaKarsa yang menyediakan ruang yang nyaman untuk penggemar saya menikmati cerita-cerita horor saya dengan format e-book, sekaligus memberikan tanggapan, dukungan, bahkan memberikan apresiasi yang layak,” lanjut Dio.
Selama setahun berkarya di KaryaKarsa, Dio memperluas jagad cerita horornya dan mulai mengembangkan “Jagad Segoro Demit”. Cerita-cerita yang ditulis Dio pada ruang baru ini semakin memancing rasa penasaran penggemarnya, maka tak ayal jika karya-karya Dio beberapa kali masuk ke jajaran 10 karya teratas di KaryaKarsa. Dua karyanya yang berjudul “Getih Ireng Abdi Lelembut” dan “Setra Gandamayit” – yang bisa dibaca di KaryaKarsa – terpantau paling banyak dinantikan oleh penggemarnya, bahkan mereka banyak memberikan tanggapan, membahas bagian-bagian yang seru, hingga penasaran ingin berjumpa dengan tokoh utama cerita tersebut.
Di sini Dio melihat potensi yang semakin luas yang memberikan kemungkinan karya-karya tulisannya untuk dapat diadaptasi ke dalam format lain, seperti audio, visual, komik, atau layar lebar, sehingga dinikmati oleh lebih banyak orang. Dio juga merasa membutuhkan ruang lingkup yang tidak hanya bisa menghubungkan penulis dengan pembaca dan menjadi jalur apresiasi, namun juga yang bisa membantunya untuk terus berkembang dan berdaya sebagai seorang storyteller. Sebagai rumah bagi para storyteller, Dio merasa KaryaKarsa bisa memfasilitasi semua itu, karena memiliki program pemberdayaan yang menyeluruh, seperti pelatihan berkala untuk peningkatan skill, membantu proses adaptasi alih format, menghubungkan dengan rumah-rumah produksi dan penerbit, dan salah satu yang terpenting, yaitu membantu pengurusan hak cipta karya-karyanya.
Melalui program-program pemberdayaan KaryaKarsa inilah akhirnya Dio mampu mewujudkan potensi berkarya yang dicita-citakan. Baru-baru ini, karya Dio “Jagad Segoro Demit” akan diadaptasi menjadi format audio oleh Noice, partner IP management KaryaKarsa, dan format film oleh salah satu rumah produksi, serta “Gending Pencabut Nyawa” telah diadaptasi menjadi format novel oleh salah satu penerbit besar Indonesia. Kesuksesan yang diperoleh dari apresiasi penggemar Dio melalui KaryaKarsa lambat laun bisa melampaui penghasilan utama dari perusahaan di mana ia bekerja.
Contoh kesuksesan Dio ini tentu dapat menjadi inspirasi bagi para storyteller lainnya karena yang tadinya hanya menjadi pemasukan sampingan, apabila dijalani dengan serius, konsisten, dan berada di dalam ekosistem yang tepat, maka dapat semakin berkembang, berdaya, dan menjangkau pasar yang luas. Selain Dio, hingga saat ini KaryaKarsa telah membantu lebih dari 100 ribu storyteller melengkapi perjalanan mereka dalam berkarya, sehingga rata-rata mampu menghasilkan 3000 lebih karya per bulan dalam bentuk tulisan, ilustrasi, foto, dan video.
“Sudah banyak pengalaman yang tidak terduga mulai dari menang kompetisi penulisan sampai event online bareng kreator KaryaKarsa, sehingga saya bisa bertemu banyak kreator besar di sana. Yang lebih tidak disangka, hasil dari KaryaKarsa mampu menunjang kami sebagai kreator untuk bisa berkarya lebih baik. Oleh karena itu, untuk ke depannya saya tidak hanya ingin mengembangkan cerita-cerita baru di KaryaKarsa, tetapi juga menjadikan karya saya dalam format lain seperti audio, komik, visual, dan lain-lain.” pungkas Dio.