NEWSPEDIA.ID – Kebutuhan akan sumber energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu upaya untuk membantu mengurangi pemanasan global. Salah satu EBT yang potensial adalah hidrogen, yang merupakan bahan bakar bebas emisi karbon dengan energi mencapai 2,5 hingga 3 kali lebih besar daripada gasolin.
Untuk meningkatkan efisiensi produksi hidrogen, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan penelitian tentang efektivitas material fotokatalis dengan metode water splitting. Metode ini menggunakan energi matahari untuk memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen.
Ketua tim penelitian, Nabilah Dita Anaqah menjelaskan, timnya menggunakan material hematit (alpha-Fe2O3) sebagai semikonduktor utama. Hematit memiliki band gap yang lebih kecil dibanding material Titanium Oksida (TiO2) yang kerap digunakan dalam aplikasi fotokatalitik. Hal tersebut menunjukkan bahwa hematit lebih baik dalam menghasilkan pergerakan elektron saat terpapar cahaya.
Namun, untuk meningkatkan kinerjanya, tim peneliti menambahkan doping material lain seperti Cerium Oksida (CeO2), nitrogen, dan karbon. CeO2 memiliki stabilitas termal tinggi serta mencegah laju karbon, sedangkan karbon mesopori terdoping nitrogen bertujuan meningkatkan kinerja reaksi reduksi oksigen.
“Melalui modifikasi ini, kami berhasil meningkatkan produksi hidrogen hingga mencapai 1,33 mmol/g. Angka ini lebih tinggi dibandingkan produksi hidrogen dengan hematit tunggal, yaitu 0,85 mmol/g,” ujar Nabila.
Penelitian ini telah berhasil meraih medali perunggu dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) kategori Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) 2023. Nabila berharap, penelitiannya dapat membawa angin segar bagi pengembangan EBT di Indonesia.
“Kami ingin bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam mengembangkan metode water splitting ini agar dapat menghasilkan energi bersih bagi masyarakat,” tutupnya.(hp)