Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa (dok LPS)
JAKARTA – Ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif di tengah penurunan kinerja ekonomi yang dialami oleh banyak negara adalah sebuah berkah. Pada kuartal III 2022 misalnya, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,72% secara tahunan. Lembaga-lembaga internasional pun memprediksi ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga 5,1% sampai 5,3% di tahun depan.
Bahkan, perwakilan International Monetary Fund (IMF) untuk Indonesia memprediksi bahwa Indonesia akan memenuhi target penurunan inflasi pada angka 3% untuk tahun depan di tengah ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global. Kinerja dan prediksi positif itu tentunya tak bisa dilepaskan dari sejumlah sektor ekonomi pendukung yang dimiliki oleh Indonesia.
“Resiliensi ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh konsumsi domestik,” ungkap Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa pada acara Leadership Forum Perbanas Institute di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2022.
Purbaya menjelaskan bahwa konsumsi domestik yang besar telah meredam dampak guncangan ekonomi global terhadap perekonomian nasional. Konsumsi domestik sendiri berkontribusi sebesar 50,38% dari total PDB Indonesia. Indeks Penjualan Ritel dan Production Manufacturing Index (PMI) juga tercatat berada pada level ekspansif.
“Selain itu, apabila kita melihat indikator-indikator ekonomi riil juga masih menunjukkan tren yang baik. Penjualan ritel tumbuh positif diiringi oleh peningkatan optimisme konsumen,” Purbaya menambahkan.
Purbaya juga mengungkapkan optimismenya pda sektor perbankan nasional dimana Intermediasi perbankan terus membaik seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia. Penyaluran kredit sebesar 11,9% YoY pada bulan Oktober 2022. Sementara DPK tumbuh 9,4% YoY. Hal ini juga indikasi bahwa dana mulai kembali mengalir ke sektor riil untuk menggerakkan perekonomian.
“Industri perbankan nasional kita masih dalam kondisi yang stabil. Level permodalan bank secara nasional sangat tebal, berada di angka 25,12% per September 2022. Kita bisa sama-sama melihat selama pandemi kemarin, perbankan kita tidak mengalami permasalahan berat salah satunya karena permodalannya yang sangat tinggi tersebut”, tutup Purbaya.(hp)